Oktober 12, 2011

Cinta Itu Dimengerti 1




Sore ini aku ada janji dengan Fikri, kita berencana kesempatan kali ini jalan jalan ke toko buku. Karena hari sebelumnya aku sudah menemani fikri untuk mencari keperluan Sepak Bolanya. Jadi sekarang giliran fikri untuk menemaniku mencari buku yang ingin aku beli sejak bulan kemarin. Namun, Fikri selalu saja tidak ada waktu untuk menemaniku. Tapi aku anggap itu bukan masalah yang besar karena Fikri dan aku sudah sama sama tahu dan sama sama dewasa.

Hubungan kami sudah berjalan selama 2 tahun, aku bangga dan senang sekali diberikan pasangan seperti Fikri. Walaupun sebenarnya dia tidak termasuk type idamanku, tapi sejauh ini dia mampu menerima aku apa adanya. Walaupun tidak semua keinginanku dapat dipenuhi Fikri, tapi aku rasa dia sudah sangat cukup baik untuk dijadikan seorang kekasih seumur hidup.



“Sayaaaaang, ayo berangkat. Nanti malem aku masih ada acara lagi lho.” Terdengar suara seorang laki-laki yang tidak lain adalah kekasihku, Fikri.
“Iya kikikuuuu, bentar lagi ya, lagi pake sepatu nih.”
“Hmm, jangan lama lama.”tidak lama setelah itu aku segera keluar untuk menemui Fikri dan kita bersiap untuk berangkat.

Dalam perjalanan Fikri selalu bercerita mengenai segala kegiatanya hari ini, dia kelihatan senang dan sangat menikmati hari ini. Kami memang banyak kecocokan, namun terkadang juga banyak perbedaan. Dia suka olahraga, dan aku suka buku. Aku tidak bisa paksakan diriku untuk menyukai dunianya olahraga, dan diapun begitu dia tidak bisa memaksakan diri untuk suka terhadap kebiasaan kebiasaanku. Tapi sejauh ini kami nyaman dalam menjalani hubungan ini, walaupun sering sekali aku mengalah dalam pertengkaran bersamanya. Karena tidak ada laki laki yang bisa seperti dia dimataku.

“kamu mau beli buku apa sayang ?”tanya Fikri membuyarkan lamunanku.
“aku kemarin liat buku bagus yang, buku psikologi gitu. Aku udah ngincar dari kemarin tuh.”
“yaudah nanti abis beli buku mau kemana ?”
“mm, kemana ya? Katanya kamu mau ada acara? Kalo kamu ada acara nanti aku anterin pulang aja deh,, hhhhhhh.”
“tapi kamu nggak ada acara kan ?”pertanyaan yang bagus . aku berharap dia mau mengajak aku ke acaranya itu.hehehe
“enggak. Kenapa?(pura pura nggak tahu)”
“nanti ikut aja sama aku ya yang? Acaranya nggak lama kok, cuma mau ketemu temen lama aja.”
“temen lama ? siapa ? yakin aku nggak ngganggu ?”
“enggak lah, kenapa kamu ngomong kalo kamu ngganggu? Kamu kan spesial buat aku, apa sih yang enggak?”
“hahaha, dasar gombal. Kamu bisa aja, oke deh nanti aku ikut kamu.”
Sampai di toko buku aku nggak langsung milih milih, tapi aku baca dulu new entry dari toko buku itu. Biarin aja Fikri nungguin, sekali sekali aku juga mau ditungguin Fikri. Kayak aku nungguin dia tiap pertandingan sepak bolanya. Tapi kasihan juga sih lama lama lihat dia mondar mandir kaya setrika. Lebih baik aku nyamperin dia dan ikut pergi denganya.

“ayo sayang kita pulang”ajaku
“hm, kenapa nggak dari tadi. Udah jam 8 nih, aku telat nanti”
“iya kikikuuuu, sekarang kita langsung pergi sayang.”
Akhirnya kita berdua keluar dari toko buku, dan segera menuju ke tempat yang dituju oleh kekasihku. Sepertinya dia sangat antusias dengan pertemuan ini. Aku juga ikut senang kalau dia sesenang ini. Rasanya sudah tidak sabar melihat teman lamanya yang sangat ingin ditemuinya.

Setelah beberapa lama, kita sampai di sebuah rumah makan yang sederhana. Turun dari mobil dia terlihat senang sekali, wajahnya berbinar binar. Benar benar rasanya aku sudah enggak sabar nih. Langsung saja kita menuju ke sebuah meja yang sepertinya sudah disiapkan sebelumnya. Disitu terdapat beberapa orang, dua wanita dengan rambut panjangnya dan dengan pakaian simple. Dasampingnya ada 3 orang laki laki. Tampaknya memang fikri sudah sangat menunggu pertemuan dia hari ini, karena melihat wajahnya yang sangat bersemangat membuatku ikut senang.

“huy cuy, gue kangen loe semuaaaa .....hahahaha”ungkap bahagia fikri.
“hhaahahaha, gimana kabar lu boy ?”sambut teman laki lakinya yang terlihat lebih gelap kulitnya dari yang lainya.
“kabar gua ? yang penting tetap asoooyyyy”
“itu nama geng aku yang”(dengan berbisik kepadaku)

Dan tidak lama setelah itu teman Fikri yang satu satunya cewek itu berlari kearah aku dan Fikri, dan tiba tiba dia memeluk Fikri sambil menangis di pundak Fikri. Rasanya suasana menjadi haru, walaupun dia memeluk kekasihku tapi entah kenapa aku tidak merasakan cemburu sedikitpun.(bersambung......)